Hari Raya Galungan
Apa itu HARI RAYA GALUNGAN ?...
Hari raya Galungan merupakan hari raya kemenangan dharma melawan adharma.
Untuk memenangkan dharma itu ada serangkaian kegiatan yang dilakukan sebelum dan setelah hari raya Galungan. Sebelum Galungan ada disebut Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. Kata Jawa di sini sama dengan Jaba, artinya luar. Sugihan Jawa bermakna menyucikan bhuana agung dirayakan pada hari Wrhaspati Wage Wuku Sungsang, enam hari sebelum Galungan.Hari raya Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi.Makna Galungan menurut arti bahasa artinya peperangan.Sedangkan makna dalam bahasa Sunda Galungan berarti berperang.Dan dalam makna bahasa jawa kuno kata Galungan artinya menang atau bertarung. Makna Galungan juga sama artinya dengan Dungulan, yang juga berarti menang
Sehari setelah Sugihan Jawa di kenal dengan istilah Sugihan Bali, dimana umat Hindu di Bali menghaturkan sesajen untuk melakukan penyucian terhadap diri sendiri sebagai umat manusia, sehingga bersih dari segala perbuatan dosa, serta memohon keselamatan.Kata bali dalam bahasa Sansekerta artinya kekuatan yang ada didalam diri.
Pada hari raya Galungan, ada tradisi untuk membuat Penjor yang merupakan simbol dari Gunung sekaligus simbol keberadaan para Dewa. Penjor biasanya dibuat sebelum hari raya Galungan dan dipasang pada hari menjelang Hari raya Galungan, umat Hindu di Bali memasang penjor di depan rumah masing-masing. Penjor atau bambu yang berisi bermacam hiasan merupakan salah satu sarana upacara hari raya Galungan. Tradisi ini selalu dilakukan warga Bali setiap memasuki penampahan atau satu hari sebelum Galungan.
Hari Raya Galungan adalah salah satu upacara agama Hindu yang mengingatkan manusia secara ritual dan spritual agar menegakkan dharma melawan adhrama.Hari raya Galungan adalah perayaan dominasi dharma (baik) atas adharma (kejahatan) dan hari raya Galungan berlangsung selama tiga hari.
Meskipun Hari raya Galungan jatuh pada hari Rabu, Bali memulai hari 'libur' mereka pada hari selasa atau satu hari sebelum hari raya Galungan , Hari pertama disebut Penampahan Galungan. Pada hari ini, umat hindu Bali menyiapkan persembahan untuk hari raya Galungan.Dimana semua keluarga orang Bali sibuk menyiapkan persembahan dan memasak. Bahkan Ibu rumah tangga telah sibuk berhari-hari sebelumnya untuk membuat canang banten, orang-orang desa menyembelih babi untuk merayakan hari raya Galungan ini. Mereka juga menyiapkan banyak makanan, termasuk Lawar makanan khas Bali . Bahkan, jauh sebelum hari raya ini, orang sudah mulai membuat kue dan membantai babi. Hari-hari ini disebut Penyekeban dan Penyajaan.
Pada pagi hari raya Galungan, seluruh keluarga berdoa bersama di pura keluarga dan dilanjutkan ke kuil desa untuk berdoa dalam upacara yang lebih besar dengan penduduk desa lainnya.Pada saat itu Umat hindu Bali menghaturkan syukur kepada Tuhan agar melindungi manusia dari segala cobaan dan godaan.
Keesokan harinya disebut Manis Galungan, yaitu waktu untuk bersama-sama dengan keluarga dan menjalin tali kekeluargaan dengan kerabat jauh agar lebih harmonis, yang telah datang dari jauh untuk berkumpul dan berdoa di sanggah itu.
Perayaan Hari raya Galungan sempat terhenti pada tahun 1103 Saka . Itu terjadi pada pemerintahan Raja Sri Ekajaya . Galungan juga belum dirayakan ketika tampuk pemerintahan Raja Sri Dhanadi. Selama Galungan tidak dirayakan, konon terjadi musibah yaitu Umur para pejabat kerajaan konon menjadi relatif pendek.
Ketika Sri Dhanadi mangkat dan digantikan Raja Sri Jayakasunu pada tahun 1126 Saka, barulah Hari raya Galungan dirayakan kembali, setelah sempat terhenti kurang lebih 23 tahun.
Info menarik lainnya ...
Dimana-Air-terjun-GITGIT...
Ketika Sri Dhanadi mangkat dan digantikan Raja Sri Jayakasunu pada tahun 1126 Saka, barulah Hari raya Galungan dirayakan kembali, setelah sempat terhenti kurang lebih 23 tahun.
Info menarik lainnya ...
Dimana-Air-terjun-GITGIT...