MELASTI / MELIS
Makna Upacara Ritual Melasti / Melis?
Melasti - Makna upacara ritual Melasti dimaksudkan untuk menghayutkan penderitaan masyarakat (laraning jagat), meghilangkan penderitaan (papa klesa) dan kekotoran alam semesta (letuhing bhuwana) menurut kepercayaan Hindu Bali. Upacar ritual Melasti dilakukan tiga atau dua hari sebelum hari Nyepi, umat Hindu Bali melakukan Penyucian dengan melakukan upacara ritual Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Upacara ritual melasti dilakukan oleh kelompok umat yang memiliki sungsungan pura. Umat Hindu di Bali melakukan Upacara Melasti dengan melakukan pawai keagamaan yang di Bali disebut mapeed
Pada upacara ritual Melasti ini seluruh pratima/pralingga dari pura masing-masing dibawa dengan menggunakan tempat khusus yang disebut “juli” atau “jempana” Pada hari Melasti, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura di arak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.Meskipun tidak serentak di seluruh Bali, namun biasanya upacara ritual Melasti dilakukan dua atau tiga hari sebelum Hari raya Nyepi.
Upacara Ritual Melasti harus dilaksanakan paling lambat pada tilem sore, pelelastian harus sudah selesai secara keseluruhan, dan pratima yang disucikan sudah harus berada di bale agung. Upacara ritual Melasti dilengkapi dengan bermacam-macam sesajen baik sesajen khas Jawa maupun Bali. Sesajen tersebut sebagai simbolisasi Trimurti, 3 dewa dalam Agama Hindu, yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma. Serta diarak pula simbol singgasana Dewa Brahma yaitu “Jumpana”.
Dalam Upacara Melasti disimbolisasikan dengan labuhan sesaji ke laut serta menyucikan arca, pratima, nyasa, pralingga sebagai wujud atau sthana Ida Sang Hyang Widi Wasa dengan segala manifestasi-Nya. Sehari setelah upacara Melasti, disebut nyejer, dimana pretima atau pecanangan Ida Bathara sebagai manifestasi Ida Sanghyang Widhi Wasa melinggih di Pura Desa, Bale Agung atau pura masing-masing. Nyejer berasal dari kata jejer yang artinya tegak tak tergoyahkan. Dalam rangkaian Nyejer ini sesungguhnya umat diajarkan untuk membangun sradha dan Bhakti yang tangguh atau jejer pada Tuhan.