Apa itu Upacara unik PERANG PISANG.
Upacara Perang Pisang atau Mesabatan Biu adalah tradisi unik perang pisang yang dilakukan oleh masyarakat bali khususnya yang tinggal di daerah Desa Tenganan Daud Tukad kecamatan manggis Karangasem yang merupakan desa tua di Bali yang sering disebut dengan Bali Aga.Desa Tenganan Daud Tukad, Kecamatan Maggis ini berjarak kurang lebih 60 km dari kota Denpasar Bali.
Upacara Perang Pisang ini dilaksanakan dalam rangka melakukan pemilihan ketua dan wakil ketua kelompok pemuda desa. Tujuannya upacara perang pisang adalah untuk melakukan tes dan uji mental para calon pemimpin desa Daud Tukad . Mereka harus lulus ujian dalam tradisi perang pisang ini untuk menjadi tokoh pemuda di desa Tenganan ini.
Pelaksanaan upacara Perang Pisang ini dilaksanakan pada Aci Katiga (upacara pada bulan ketiga penanggalan Tenganan,yaitu di akhir Maret dan awal April). Sebelum upacara Perang Pisang dimulai semua pemuda desa diwajibkan memetik pisang, untuk dipakai dalam upacara perang pisang.
Pada upacara Perang Pisang ini, dipilih 16 orang pemuda oleh Kelian adat sebagai lawan dalam perang melawan calon ketua dan wakil ketua kelompok pemuda desa tersebut, seluruh pemuda yang berjumlah 16 orang ini mengenakan pakaian adat, kain kamben dan udeng dan dengan bertelanjang dada menunggu perintah aba aba untuk menyerang calon ketua dan wakilnya.Sedangkan pada ujung jalan yang lain, berdiri dua pemuda calon ketua dan wakilnya yang menjadi lawan kelompok pemuda desa.
Pada perang pisang ini para warga desa diminta berdiri berjajar di sepanjang jalan yang nantinya akan dilalui oleh kedua pemuda tersebut. Suasana perang pisang ini diiringi oleh suara gamelan khas Bali yang dimainkan para tetua desa.
Upacara puncak dimulai ketika kulkul dibunyikan beberapa kali.Lalu Kelian adat memberi aba-aba, dan para pemuda tadi segera berlari menuju Pura Bale Agung. Tepat setengah perjalanan Perang Pisang pun terjadi, dua pemuda calon ketua dan wakil ketua kelompok pemuda desa ini menjadi sasaran utama lemparan pisang, sehingga wajah memar-memar, kulit memerah karena lemparan pisang pada bagian tubuh, tapi mereka harus tetap melangkah menuju pura.
Perang pisang ini baru akan dianggap selesai kalau kedua calon pemimpin tersebut lolos dan sudah memasuki pinti gerbang pura yang menjadi perjalanan akhir mereka yang berperang.Mereka dinyatakan lulus dan dikukuhkan menjadi ketua dan wakil ketua pemuda desa.
Setelah pelaksanaan upacara Perang Pisang selesai maka diakhiri dengan makan bersama ( megibung) di Pura Bale Agung yang diikuti warga desa. Mereka semua duduk melingkari makanan khas bali yang telah disiapkan . Tradisi megibung ini untuk menghilangkan rasa permusuhan di antara pemuda desa yang telah berperang dalam perang pisang.