TRUNYAN BALI ..
Trunyan terletak di tepi danau Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli . Desa Trunyan bali memiliki lima banjar ,dimana desa Trunyan sebagai pusat desa adalah desa Trunyan perkampungan yang terletak di tepi timur Danau Batur. Empat banjar lainnya adalah Banjar Madya, Banjar Bunut, Banjar Mukus, dan Banjar Puseh. Banjar Madya dan Banjar Bunut berada di sebelah selatan Desa Trunyan ,diperbatasan Kabupaten Karangasem.Desa Trunyan ,berjarak tempuh dari Denpasar kurang lebih 65 km,jika dari kota Bangli menempuh jarak 23 km. Desa Trunyan adalah desa kuno merupakan sebuah desa Bali Aga.
Di desa Trunyan jenasah tidak dibakar melainkan hanya diletakkan di tanah pekuburan. Konon, di desa Trunyan ada sebuah pohon Taru Menyan yang menebarkan bau sangat harum,sehingga mayat tidak berbau ,jadi tidak seperti adat umat hindu di Bali yang melangsungkan upacara ngaben untuk pembakaran jenasah.Trunyan juga mempunyai keunikan lain yakni, Tari Barong Brutuk, yang dipercayai penjelmaan dari Ratu Pancering Jagat .
Di desa Trunyan jenasah tidak dibakar melainkan hanya diletakkan di tanah pekuburan. Konon, di desa Trunyan ada sebuah pohon Taru Menyan yang menebarkan bau sangat harum,sehingga mayat tidak berbau ,jadi tidak seperti adat umat hindu di Bali yang melangsungkan upacara ngaben untuk pembakaran jenasah.Trunyan juga mempunyai keunikan lain yakni, Tari Barong Brutuk, yang dipercayai penjelmaan dari Ratu Pancering Jagat .
Desa Trunyan merupakan Bali Mula dengan kehidupan masyarakat yang unik .Kata Bali Aga, berarti orang Bali pegunungan, sedangkan kata Bali Mula berarti Bali asli. Kebudayaan orang Trunyan mencerminkan satu pola kebudayaan petani yang konservatif
Ada dua versi mengenai kata Trunyan ini. Versi pertama, orang Trunyan adalah orang Bali Turunan, karena orang trunyan percaya bahwa leluhur mereka ‘turun’ dari langit ke bumi Trunyan. Terkait dengan versi ini, orang Trunyan mempunyai mitos suci mengenai asal-usul penduduk Trunyan adalah seorang Dewi dari langit.Sedangkan versi kedua, kata Trunyan berasal dari kata pohon Taru Menyan, yaitu pohon yang menyebarkan bau-bauan wangi. Dari perdaduan kata “taru” dan “menyan” berkembang kata Trunyan yang dipakai nama desa yaitu desa trunyan dan nama penduduk desa yaitu orang Trunyan.
Menurut kepercayaan orang Trunyan cara pemakaman orang Trunyan ada 2 macam yaitu:
Sema wayah diperuntukkan untuk pemakaman jenis mepasah
Mepasah yaitu meletakkan jenazah diatas tanah dibawah udara terbuka. Orang-orang trunyan yang dimakamkan dengan cara mepasah adalah mereka yang pada waktu matinya termasuk orang-orang yang telah berumah tangga, orang-orang yang masih bujangan dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal. Ada peraturan yang berlaku, karena jumlah jenazah yang di kubur di kuburan ini tidak boleh lebih dari 11 jenazah, yang di letak kan disini adalah jenazah yang meninggal secara wajar dan pernah menikah.
Dikubur / dikebumikan. Orang-orang Trunyan yang dikebumikan setelah meninggal adalah mereka yang cacat tubuhnya, atau pada saat mati terdapat luka yang belum sembuh seperti misalnya terjadi pada tubuh penderita penyakit cacar, lepra dan lainnya. Orang-orang Trunyan yang mati dengan tidak wajar seperti dibunuh atau bunuh diri juga dikubur. mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas
Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga trunyan bali yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda.
itulah sekelumit info keunikan tentang desa Trunyan Bali...
info unik lainnya ?...
info unik lainnya ?...